Hei kamu yang hampir tiap malam nafasnya berbunyi mirip suara anak kucing yang masih ringkih...
Kemarin aku menggantikkan mama untuk bertemu guru kelasmu disekolah, katanya beberapa pagi yang lalu kamu datang kekantor guru dengan bercucuran air mata... curhatmu ,semua yang kamu sebut teman-teman itu tiba-tiba menjauhimu....
Mendengar semua keluh kesahmu dari guru kelasmu seperti baru tersadar, gadis bungsu ini bukan lagi anak kecil yang masih merengek ketika diam sendiri dirumah... Gadis bungsu dirumah ini bukan lagi anak yang hanya mengangguk menerima semua barang hibah dari kakak-kakaknya sedangkan aku merajuk pada mama untuk beli barang baru...
Kamu beranjak remaja...
Kata gurumu kamu sangat kesepian waktu aku harus menjadi gadis desa selama satu bulan...
Kata gurumu suatu pagi beberapa minggu yang lalu kamu datang kemeja guru dengan wajah sedih bercerita tentang aku yang masuk rumah sakit....
Kamu... yang sekarang lebih tinggi beberapa inchi dariku...
Bantu aku sembuhkan luka mama dan papa yah... Jadi gadis yang jauh lebih baik dariku...
ulurkan tanganmu, aku siap mengenggamnya erat supaya kamu tidak terjatuh pada tempat yang sama denganku...
ceritakan semua tentang apa saja, biar aku tahu sedang berbicara apa duniamu.. biar aku mengerti semua mimpimu...
Nafasmu yang mirip suara anak kucing itu memang tidak lagi menemani tidurku karena baru saja papa menjadikan pojok kesukaannya untuk menjadi kamarmu sendiri.. tapi kenapa yah aku sangat rindu suara itu...
Malam ini tidur dikamarku yah... ingin sekali menatap wajah lelahmu sambil berbisik...
“tuhan...yang tidak pernah terlambat..
sayangi dan lindungi adik kecilku ini, selalu...”
No comments:
Post a Comment