Search This Blog

Thursday, January 13, 2011

Insomnia


Benci ketika semalaman tetap terjaga sementara jalannya otak seperti Hiro di serial Heroes yang melakukan teleportasi dengan cepat ke masa depan.. masa lalu... balik lagi ke masa depan... tiba-tiba kepikiran lagi masa lalu. Eeeerrrrrr.... --'
Sebenarnya ini adalah suatu yang sangat biasa dilakukan banyak yang biasanya disebut ‘Ngalamun’ tapi yang ngebuat gue benci ini soalnya ini pasti ada ketika fisik sudah meronta ingin istirahat tapi otak terus berlari kesana-kemari dan ga ada siapapun yang bisa diajak diskusi karena seisi rumah sudah masuk pada fase Rapid Eye Movement artinya ‘mengaggu berarti cari ribut’!!
Malam ini benar-benar tidak bisa tidur karena artikel yang ‘tidak sengaja’ dibaca tadi sore. Artikel tentang kejadian beberapa tahun lalu mengenai pembajakan kapal Avi marmara yang membawa bantuan untuk Gaza oleh Israel. Artikel itu menggambarkan detail kronologisnya dan gencarnya pemberitaan media Indonesia. Jurnalis yang menulis artikel tersebut sangat rinci menggambarkan kejamnya Israel membabi buta menembaki kaum relawan, tapi bukan itu yang gue jadi Insomnia malam ini. Ada satu statement dari salah satu relawan yang selamat,dia mengomentari teman satu perjalanannya yang meninggal karena kezaliman kaum israel. Dan ini yang ngebuat gue masih terjaga sekarang...
Kurang lebih begini statementnya..
Kalau niat mereka ada disini untuk menyampaikan bantuan ke Gaza sudah jelas mereka gagal total karena bantuan tidak sampai sama sekali ke Gaza, tapi kalau niat mereka untuk mencari Ridha Allah.. Insya Allah Surga terbuka lebar untuk mereka...”

Selesai baca artikel ini otak saya langsung bermaraton melakukan teleportasi. Mungkin ini yang namanya “Inamal ‘amalu binniat” – “segala sesuatu adalah tergantung niat”. Tapi sering kali dalil ini gue jadiin argumen picik ketika gue ga bisa melakukan suatu hal atau ketika ditengah jalan gue berhenti melakukan sesuatu. Padahal seharusnya kalau niat sudah benar dan kuat pada prosesnya akan dijaga tetap pada relnya. Mungkin sekarang pertanyaannya benar menurut siapa? Tuhan atau persepsi kita?
Balik lagi ke teleportasi yang gue lakuin malam ini..
Kuliah: tujuan utamanya adalah untuk menuntut ilmu yang pada akhirnya bisa saya aplikasikan dalam dunia profesional atau muluk-muluknya bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Lantas kalau tiba-tiba tiba waktunya menuju tahap kehidupan selanjutnya ditengah proses itu dengan kondisi ilmu hanya sedikit yang bertambah apalagi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan bekerja. Kalau itu terjadi, ruginya waktu gue karena hampir 60% waktu gue habisin buat kuliah. Bukan bermaksud memikirkan terlalu jauh ke depan, mati sesuatu yang pasti bukan? Dan waktunya bukan sesuatu yang bisa dikompromikan.

Tuhan sepertinya Kau menelanjangiku malam ini
Setiap malam mengangakat kedua tangan untuk berkeluh kesah dan biar keren kuberi label biar manis, label itu bernama Do’a.
Tuhan sedikit sekali aku menghadirkanMu
padahal dalam setiap do’a selalu terselip kalau aku hanyalah Hamba
Selalu sujud dalam lima waktu khusus untukMu tapi angkuh pada sebagiannya
Padahal setiap detiknya seharusnya adalah penghambaanku
Angkuhku adalah ketika aku merasa tidak sanggup menjalani sesuatu
Padahal ketika sanggup semua adalah kekuatanMu
Angkuhku ketika menghadirkanMu hanya ketika masturbasi, ketika ada di puncak kesedihan atau ketika ada di puncak kegembiraan
Selebihnya aku anggap rutinitas yang harus dijalani sampai nanti adanya mati
Tuhan boleh aku tidur malam ini?
Kalau besok masih ada matahari untukku
Boleh aku terus tak lelah bertanya 
“ Apa Tuhan suka dengan apa yang aku lakukan sekarang?”
Sisa nafas ini hanya ingin mulia di jalanMu Tuhan apapun rutinitasnya.... 

 
Katakanlah Dialah Allah yang Maha Esa (QS: Al-Ikhlas:1)"

"Aku takut menuhankan diriku hanya oleh sebab dipuja orang, Aku takut menuhankan orang lain apabila lemah dicaci (pidi baiq)


No comments:

Post a Comment