Search This Blog

Friday, January 7, 2011

Lullaby: Balada Cabai


Siang itu kambing, Sapi, dan ayam berunding. Rapat darurat  : itu yang tertulis di depan kandang. Intinya mereka semua merasa harus gencar melakukan promosi , merasa tersaingi sudah pasti! Bagaimana kalau beberapa minggu depan mereka bukan lagi menjadi barang mewah disetiap hotel bintang lima atau semua tempat makan. Kambing memprediksi  dua minggu kedepan menu favorite sosaliata mungkin akan begini: Cabai Guling, Steak Cabai, atau bahkan Chilli Katsu. Bagaimana tidak “kasta tertinggi adalah tentang segala yang mahal dan yang ada di trending topic.. rakyat disini memang begitu bukan?” kambing tertua berbicara lebih keras. Semuanya menagngguk setuju.
100 meter dari perkumpulan itu terhampar perkebunan..
“Ini ternyata yang namanya kritik pedas..” Cabai merah mengelus dadanya.
Sudahlah.. Siapa tahu dengan menurunnya suhu perut mereka karena tidak ada kita , menurun juga suhu negeri ini yang terus memanas..” Sanggah Cabai lain.
Tak jauh dari perkebunan itu..
Praang!!” Ayah melempar sendoknya dengan kasar kepiring. Semuanya langsung terdiam.
“Ko asin semua? Mana sayur cabai yang biasanya??! Istri macam apa kau tidak menegrti kegemaran suami...”  Ayah memajukan sedikit badannya sehingga hanya berjarak beberapa  centi dengan ibu.
“Uangnya tidak cukup.. lagipula meneurutku kata-katamu tiap hari sudah cukup membuat semua makanan terasa sangat pedas.... “  
Suasana menjadi hening sampai kakak tertua yang baru pulang dari kantor datang.
“Ayah.. Ibu.. Minggu depan aku akan jadi menikah dengan Rudi. Semuanya sudah aku persiapkan termasuk Maharnya. Seperangkat alat sholat dan cabai merah 2 KG... “ Kakak bercerita sambil menunjukkan wajahnya yang pali bahagia.
Ayah tersenyum dan langsung memeluk Kakak, Ibu mengelus dadanya sambil tersenyum lega.
“Ayo semuanya lanjutkan makannya...”

No comments:

Post a Comment